Hatiku hanya untukmu

0

Seorang wanita berjalan menyusuri jalan yang ramai akan debu dan kendaraan yang berlalu lalang dan kemudian berbelok memasuki gerbang .Tia Pranasinta, itu nama yang sangat aku kagumi kelembutan hati pemiliknya, seorang mahasiswa yang pintar di kelas Biologi semester tiga, di IKIP BUDI UTOMO MALANG yang juga adalah kelas dan kampusku. Seorang muslimah yang taat, Dia seorang yang giat, rajin, bertanggung jawab, selalu menjaga perasaan setiap orang serta rajin beribadah. Sejak aku pertama mengenalnya, aku memang sudah terkesan suka padanya, hingga aku tau bahwa dia adalah seorang gadis singel, alias belum ada pacar dan aku merasa bahwa ada harapan untuk aku bisa dapatkannya.
Aku memang menyukai gadis sepertinya, yang lebih mengenal Agama, pakaiannya yang longgar dan tertutup sehingga tak ada sedikitpun auratnya yang nampak, tidak seperti teman-teman cewek ku yang lainnya, yang lebih suka mengenakan pakaian ketat, dengan anggapan bahwa sekarang adalah era modern dan globalisasi. Tapi mbak Tia lain dari yang lain, hingga jantungku pun bergetar dan berdetak tak menentu bila melihatnya.di daerah asalku Banjarmasin belum pernah aku menemui gadis seperti mbak Tia, yang begitu lembut sifatnya, sopan tutur sapanya.
*****
Hari ini adalah hari Selasa , ada kelas Belajar dan Pembelajaran, jam 14.00 nanti.
Selesai makan aku langsung membuka laptop axio ku, yang umurnya sudah kurang lebih 3 tahun, di halaman utama terlihat manis gambar seorang gadis yang mengenakan jilbab, berwarna pink, atasan putih dan bawahan hitam, sedang duduk manis, dan memberikan senyuman indahnya pada setiap orang yang menatap layar laptopku. Ya itulah poto mbak Tia yang aku pasang sebagai tampilan background di layarku, sebagai penyemangat hidup. Di tengah keasikanku memainkan game di laptop tiba-tiba ponselku memekik pelan, ada pesan masuk,
“ mata kuliah BDP hari ini kosong, dosennya sakit” itu bunyi sms dari Lisa teman sekelas.
Kontan saja pesan itu aku forward ke nomor mbak Tia, untuk memberi tahukan bahwa hari ini ngga ada kuliah, dan beberapa detik ponselku kembali memekik’
“ Thanks….!”
Hanya itu yang di kirim sebagai balasan atas info yang aku kasih ke mbak Tia, lalu ku ketik beberapa baris kata dan ku kirimkan padanya,
“ mmhh… mbak belakangan ini ko, berubah ma aku, ada masalah apa mbak?” tulisku
“ ngga ada apa-apa, cuman banyak pikiran kuliah dan kerja aja, Ryan merasa aku beda ya?” balasnya
“ ya aku merasa mbak Tia lain, apa karena masalah yang kemarin-kemarin ya mbak? Apa salah kalau aku punya perasaan yang lebih sama mbak?” tulisku lagi
“ mmhh,, Ryan ngga salah sepenuhnya, cuman aku ngga siap aja untuk semua itu, dan ngga semestinya Ryan bersikap demikian sama aku” jawabnya
Hari ini adalah hari Rabu, tepat jam sepuluh aku sudah ada di kampus, dan masuk ke dalam kelas untuk mendapatkan materi dari dosen, tapi yang membuat aku gelisah adalah , ngga ada gadis yang aku nantikan kehadirannya di kelas itu. Dalam hatiku bertanya, ada apa dengan Mbak Tia?
Jam 17.15 aku sampai di rumah, dan langsung mandi, setelah mandi ku tatap kembali wajah pualam mbak Tia, di layar laptopku, begitu manis dan memikat di hatiku.
“mbak Tia ko, ngga masuk kuliah tadi, sakitnya? “ aku kirimkan sms ke nomornya
Beberapa menit kemudian aku terima balasannya
“ tadi ada acara di rumah jadi ngga bisa masuk Yan?” balasnya
“ oh,, kirain mbak sakit,, syukurlah mbak, sekarang lagi ngapain?”
“ cuman di rumah aja, ngga ngapa-ngapain, Ryan sendiri gimana?”
“ aku semakin yakin kalo mbak itu berubah, maaf jika semua itu karena ucapanku yang kemarin, tapi hatiku selalu untuk mbak,” kukirim kan padanya.
“ Aku ngerti Ryan, tapi tolong mengerti aku” jawabnya dalam sekejap.

Aku tak lagi membalasnya, aku malah pergi tidur untuk menghilangkan rasa kecewaku. Tapi malah ada telpon, dari Erik temanku yang paling mengerti aku.
Aku di ajak keluar, malam itu dan kebetulan aku belum makan. Di sebuah tempat makan yang cukup sederhana, kami makan bersama sambil cerita.
“ oya Rik, menurutmu mbak Tia belakangan ini bagaimana” ujarku
“ kenapa Yan, ko pertanyaannya gitu?”
“ ya aku liat belakangan ini mbak Tia banyak berubah , mulai dari sikafnya ke aku, sampai dia sering ngga masuk kuliah, padahal dia orangnya peramah dan rajin loh” tukasku
Sejenak kami terdiam, dalam keasikan menikmati menu makan malam saat itu.
“ oya Yan, sebenarnya ada yang aku mau bilang ke kamu” ujar Erik
“ wah,, masalah apa boy, ngomong aja, ngga apa-apa?” jawabku
“ sebenarnya kemarin-kemarin aku di sms oleh mbak Tia, dan katanya bulan depan dia akan menikah dengan seorang muslim, tapi aku ngerti dengan kamu boy, makanya aku ngga ngomong sama kamu” tutur Erik
Aku menghela nafas panjangku, kerenguk gelas berisi air di depanku sampai tiga kali rengukan, kembali aku terdiam dan terus menikmati makan malamku yang kurang sedap lagi karean penjelasan Erik.

Selesai makan aku langsung pulang, semuanya Erik yang bayar karena brusan dapat kiriman. Aku kunci kamar rapat-rapat, ku buka kembali laptopku, terlihat wajah yang di balut kerudung berwarna pink dan senyum mekar dari bibirnya, ku raba permukaan layarku.
Sudah beberapa bulan aku mengatakannya pada mbak Tia, tapi belum ada jawaban yang membuatku bahagia, hingga aku mencoba berdiri dalam ketegaranku dan menjaga hatiku untuk selalu untuknya, tapi malam ini aku tau apa yang menjadi pilihannya, apa yang menjadi jawaban dari pertanyaan ku Enam bulan yang lalu padanya. Kenapa dia ngga mengatakan itu padaku sebelum aku semakin mencintainya? Kau sungguh tega Tia Pranasinta. Ku kagumi sifat lemah lembutmu, tutur sapamu yang baik, dan kesederhanaanmu. Tapi engkau tak pernah bisa melihat betapa dalam aku mencintaimu. Itu yang aku katakan pada gambar di depan layarku.
Sebelum tidur, aku sempatkan untuk menghapus semua yang ada hubungannya dengan mbak Tia, ku yakinkan hatiku dalam tangisan bahwa Tia memang bukan untuk ku, dan ku ingin jauh dari nya, bukan berarti benci, tapi aku ingin melupakannya.
*****

Sudah beberapa hari aku ngga masuk kuliah, tugas-tugasku tak lagi menjadi prioritas utamaku, aku kini jadi seorang penunggu kamar di kontrakan itu, cinta itu begitu dalam untuk mbak Tia, ku ingin pergi tapi harus pergi kemana membawa ini semua, begitu berat untuk melangkahkan kaki. Ataukah aku harus membiarkan ini semakin merusakku hari demi hari? Kenapa aku harus mengenalnya dan kemudian mencintainya? apa rencana mu ya Robbi dari balik ini semua?
Pagi itu aku terjaga dari tidurku, dan kurasa aku sakit, kepalaku begitu sakit seperti di pukul dengan benda berat, hingga aku tak bisa untuk bangun dari pembaringan itu. Ku coba untuk berdiri dan melangkah me arah dapur untuk mencari pengganjal perut, tiba-tiba kulihat tetesan pada telapak tanganku, darah keluar lagi dari hidungku. Aku bergegas melangkah ke kamar mandi untuk membersihakandarah itu, namun tak hentinya keluar, pemandanganku mulai kabur dan,,,
“Aakhh..!!!” aku terjatuh di kamar mandi dan tak sadarkan diri.

Aku terbangun dam melihat pemandangan yang lain, ini bukan pemandangan di kamarku, kulihat sekelilingku, terlihat kain-kain putih, dan aku juga ternyata di selimuti dengan kain itu, ternyata aku di rumah Sakit, siapa yang membawa aku kesini? Dengan apa aku melunasi biaya perawatanku?, aku hanyalah seorang anak nelayan yang berpenghasilan tak lebih dari sekedar biaya makan untuk keluarga. Ya Allah,,, apakah ini ujian untuk hamba yang hina ini?
Dari arah pintu, seorang suster datang membawa nampan berisikan beberapa butir obat, dan segelas air putih,
“oya sus, sejak kapan aku ada disini, ?” tanyaku pada suster setengah gendut itu
“ tadi saudara di antarkan teman anda sekitar jam sembilan tadi.” Jawab susternya
“Sekarang jam berapa?” tanyaku lagi
“ sudah jam empat sore”

Ya Allah, dimana teman-temanku, apakah mereka akan membiarkan aku sendiri di sini? Air mataku membasahi bantal empuk itu, aku kembali teringat pada Mbak Tia. Di saat dia akan melangsungkan hari yang paling bersejarah dalam hidupnya, saat itu pula aku mendekam di tempat ini, dalam hatiku berdo’a semoga dia bahagia dalam hidupnya.
Sekitar jam 17.00 teman serumah datang membawa bungkusan berwarna hitam, Isaq dan Husain. “Gimana keadaan kamu Yan?” tanya Isaq
“ aku rasa aku sudah sembuh, kenapa kalian membawa aku ketempat ini, apa kalian kira aku anak presiden apa, dari mana kita melunasi semuanya?” ujarku setengah marah
“ yang kamu harus pikirkan adalah kesehatanmu dulu yang pertama Yan, kuliahmu bisa berantakan kalo kamu sakit-sakitan?” jawab Husain
“ ya aku tau, apa kedua orang tua ku sudah tau?”tanyaku
“ iya, “ jawab Isaq

Sampai jam delapan malam, mereka berdua menemaniku, lalu mereka kembali karena banyak tugas yang akan mereka kerjakan. Aku terbaring sendirian, terlintas pikiranku tentang orang tua ku di sana, mereka akan risau memikirkanku.

Jam 10.00 aku di periksa dokter, yang agak tinggi. Setelah di periksa aku kembali istirahat, Isaq yang di sampingku mengikuti langkah dokter tadi untuk menanyakan kapan aku bisa pulang,
“ Dok, teman saja kapan bisa pulang?” tanya Isaq
“ besok siang sudah bisa pulang, tapi ada yang harus kita bicarakan di ruang saya” kata dokter
Di ruang dokter Samuel, Isaq kemudian duduk berhadapan dengan dokter Samuel
“ sebenarnya apa yang terjadi dok?” tanya Isaq
“ teman kamu mengalami penyakit yang sudah lama terjadi pada dirinya, tapi kalian tidak menyadari bahwa itu adalah gejala penyakit ganas” terang dokter Samuel
“ maksudnya dok” isaq
“ temanmu itu butuh perawatan yang lebih dari sekarang” dokter Samuel

Jam 10.30 siang aku meninggalkan rumah yang penuh dengan pasien itu, sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan tubuh di atas kasur yang kurang empuk lagi. Tiba-tiba,
”tutuuut,, tutuuut,,”
Satu sms aku terima di ponsel nokia 5310 expres musik ku itu, dari mbak Tia.
“ maaf , apa Ryan masih sakit? Sorry ya ngga sempat menjenguk”
“ ngga apa-apa mbak, aku sudah di rumah ko, “ balasku
“mmhh,, minggu tanggal 20 november , datang ya kerumah “ tulisnya
“ insya Allah mbak” jawabku
Aku mengerti bahwa itu adalah undangan di hari pernikahannya, tapi haruskah aku hadiri hari bahagianya itu, sementara hatiku akan menangis menyaksikan semua itu? Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini. ya Allah, teguhkan hatiku hanya untukmu.

Malam sebelum hari pernikahan Mbak Tia, Erik datang membawakan selembar undangan yang tak lain adalah dari Mbak Tia, dan kuputuskan untuk hadir di acaranya itu. Meski aku tau itu sakit bagiku.tapi aku harus mencoba untuk melukai hati ini sesakit mungkin agar bisa melupakannya.

Pendek cerita, hari itu aku dan Erik dalam perjalanan ketempat Mbak Tia, dengan sebuah sepeda motor yang sudah tua, berwarna biru. Dengan cekatan Erik melewati beberapa pengguna jalan lainnya, sambil tertawa keras,
“ ha ha,, liat polisi di pojok itu boy, mereka jengkel melihat ulah kita” seru Erik
“ Hati-hati Rik, iingat pepatah, biar lambat asal selamat.” Tukasku mengingatkan erik
Tiba-tiba dari sebelah kiri datang truck yang penuh dengan pasir, Erik panik, dan truk itu mengenai kami, sepeda motor terlembar jauh ke depan, Erik sempat melompat, sementara aku terjatuh, darah mengguyur dari kepala membasahi wajahku, hingga orang tak bisa mengenaliku.
Ku tatap Erik dengan mata tak berkedip,
“ Rik, sampaikan salam bahagiaku pada Mbak Tia, aku ngga bisa hadir di sana” kataku pada Erik
“ Yan, kita masih bisa kesana, tapi kamu harus ke klinik terdekat dulu”
“sepertinya aku harus pergi Rik, dan jika sempat, bawalah aku ke rumah Sakit tempat aku kemarin di rawat, temui dokter Amanda, aku sudah ada perjanjian dengannya”
“ janji apa Yan?”
“ aku sudah menandatangani surat pembedahan terhadap diriku, tolong Rik, dan ada sepucuk surat di bawa kasur tidurku, tolong kasihkan kepada Mbak Tia,”
Sementara orang-orang mulai membanjiri halaman tempat acara mbak Tia, di ruang Operasi dokter Amanda melaksanakan seperti yang dulu aku bicarakan kepadanya.
“ inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”
Nafas terakhirku ku hembuskan di ruang Operasi, di hari yang sangat bahagia untuk Mbak Tia, seorang muslimah yang aku kagumi. Dan semoga tetap ma wadaah , bahagia sampai ujung usianya, menjadi istri dan ibu yang baik untuk keluarganya, serta senantiasa menebarkan cahaya putih keislamannya bagi setiap orang.
Sehari setelah pernikahan mbak, Tia. Tanggal 21 november, hari dimana aku pernah di lahirkan. Pagi itu jam delapan pagi seseorang datang kehalaman rumah mbak Tia, dengan kotak berwarna merah Hati, dan selembar amplop ditangannya. Isi surat singkat saja,
Dari arah kamar, mbak Tia, terdengar teriakan histeris, di kotak berwarna merah hati, terlihat sebongka benda berwarna persis dengan kotaknya, dengan berat kira-kira 1,5 kg, sebuah benda yang sangat penting peranannya di dalam tubuh, yaitu menapis racun-racun kimia yang masuk kedalam tubuh.
Selembar kertas dengan tulisan sebagai berikut:

maafkan aku, karena aku ngga sempat menghadiri acara mbak, bukan karena apa, tapi aku harus pergi lebih awal dari yang dulu aku perkirakan. Dan maafkan juga dosa-dosaku yang mungkin aku lalai kepada mbak, dulu aku pernah bilang kepada mbak bahwa hatiku adalah untuk mbak, tapi kenyataannya berbeda, ku tau cintaku hanya sebelah mbak, tapi percayalah sampai detik ini aku masih mencintai mbak, bukan maksudku menghina mbak, tapi kotak ini aku kirimkan atas dasar janji yang dulu aku ucapkan kepada mbak, bahwa Hatiku hanya untuk mbak.
Dan semoga mbak bahagia sampai di akhir hanyat mbak, dan selamat pula atas pernikahan kalian.
Ryan Alfandy

Di hati mbak Tia, masih terngiang kata-kata itu “ bahwa hatiku hanya untuk mbak”. Itu kata yang pernah di ucapkan Ryan kepadanya. Dan sekarang hati itu telah iya kirimkan padanya.

END